Skip to main content

Posts

Showing posts from 2022

Kembali menulis

Setelah beberapa tahun blog ini kubiarkan tercecer, kali ini aku tergerak untuk kembali menulis. Nyaris usang; pikirku begitu. Ku baca kembali tulisan-tulisan lama. Sesekali bibirku melengkung dan mataku basah, melihat betapa manisnya kenangan-kenangan yang tertuang. Alih-alih ingin mengasah kemampuan menulis, nyatanya bukan itu. Setelah berdiskusi seorang diri, kali ini aku tahu alasan esensialnya, rupanya aku kesepian. Sedikit kontras dengan kehidupan harianku, dimana kerap bertemu dengan banyak orang dan melakukan percakapan. Lagi-lagi itu pun tidak menghilangkan rasa sepi. Mengurangi, iya. Namun sedikit. Monolog saat mengenakan helm, adalah kegiatan favoritku. Aku mengendarai sepeda motor dengan waktu beberapa jam. Entah akan kemana, aku tak tahu. Yang kutahu hanyalah, aku harus berhenti menangis ketika sampai di rumah. Sungguh melegakan bagiku karena tak akan ada satu orangpun yang menyadari kala aku menangis di sepanjang perjalanan.

Kembali menjadi mahasiswi

Pada akhirnya, aku mengantarkan harapan itu ke tempat yang lebih baik. Sembari perlahan ku belai, karena kondisinya kali ini sudah sangat keropos, waswas akan berantakan kembali. Dalam bathinku, kubisikkan : "Disini dulu ya, aku harus pergi untuk sementara. Kali ini, biarkan aku berjalan tanpa menggendongmu seperti kemarin-kemarin". Tahun 2022 adalah waktu dimana aku memasuki tahap baru dalam perjalanan hidup. Benar-benar tidak pernah ada dalam rencanaku, seperti biasa, spontanitas. Sifat impulsifku terkadang benar-benar merepotkan pemahaman orang sekitar. Dan tahun ini saya resmi menjadi mahasiswi Pascarsarjana Universitas Trisakti, kampus impianku beberapa tahun silam. Kali ini, aku benar-benar menyingkirkan harapanku atas 'mujizat pernikahan' yang 6 tahun belakangan ini kudoakan. Aku harus mengorbankan itu, memusatkan penuh alam pikirku untuk pendidikan. Oh iya, tulisan ini kubuat usai kelas matrikulasi pengatar Ilmu Ekonomi. Aku sangat senang dengan keputusan yang

Tak Pernah Ada Malam

Kala matahari tenggelam Benarkah hari berganti malam? Ah, aku rasa matahari hanya dipaksa diam Ia tetap pada porosnya, namun cahayanya semakin legam Seolah-olah ia padam Begitulah skenario alam Percayalah padaku kawan, aku yakin betul matahari hanya dipaksa diam Tampak langit mencakarnya hingga lebam Babak belur menjadikannya hitam Alih-alih tak ingin menghantarkan pesan seluruh makhluk yang terpendam Tak ada malam Yang ada hanyalah Matahari dipaksa diam. (Anyer - Banten)