Terdiam dalam keterikatan kata-kata yang menggenggam satu dengan lainnya
Tiada celah simetris yang bisa ku terobos tuk temukan warnanya
Bisu , semua seperti tak pernah mengenal kata, suara dan bahasa
Akal sehatku lelah hingga akhirnya terdampar dalam prasangka kata hatiku sendiri
Malam ini, pukul nol titik nol nol
Aku berjalan, berharap mampu menyapa rembulan yang terdiam
Aku - dia (bulan) sama, pikirku
Entah kemana perginya lelah ini, kaki-kaki ini semakin liar pijaki barisan acak pasir putih
Tak temukan arah, tak temukan abjad, tak temukan angka
sepi, aku kesepian
Hanya ada ombak kecil yang temani aku disini, sentuhannya yang centil seolah berbisik :
" sst, hai gadis. tetaplah disini, kau takkan merasa sepi. aku dan sahabatku kan temanimu hingga langit berubah menjadi jingga, esok- "
Desir angin seolah menyeretku pada ruang kerinduan tanpa batas
Aku merindukan dekapanmu hangatmu, hanya dekapanmu yang mampu meluluh lantahkan amarahku
Aroma tubuhmu, yang sedikit tercampur aroma kretek favoritmu, kini tak lagi ada
Tak ku temui tiga bulan terakhir ini, hanya bayangan wajahmu berkali-kali menghantui hariku
Penuh tanda tanya tanpa bawa berita
m a a f '
Aku salah, aku kalah
Walau kau takkan pernah tau apa salahku, dan apa yang mengalahkanku
Kau pergi, tanpa menyisakan rasa untukku
Rasa yang kerap ku pikir akan utuh, nyatanya runtuh
Aku harap desiran angin mampu membawa pesan rinduku padamu
Sampai langit berubah menjadi jingga, aku tetap menanti
Aku sadar dikala aku jujur, aku akan kehilanganmu
Biarlah aku membisu dalam kebisuan selamanya
Jika memang itu yang terbaik
Aku hanya ingin, kau kembali padaku tanpa adanya amarah
Comments
Post a Comment