seperti malam kemarin, gelap
masih sunyi, hanya saja sesekali terdengar percakapan kecil serangga malam
kutatap langit, masih hitam kebiruan
nampak raut wajah sang rembulan, terperanga
melihat aku
aku hanya terdiam, di sofa teras
sang waktu berkali-kali gagal menjemput memori yang tlah lama
memori impian
aku lupa bahwa aku pernah mimpi
rentetan mimpi yang semula bercahaya, kali ini tidak
entah dimana aku meletakkannya, aku lupa
seingatku, ia ada di jemariku
namun kali ini jemariku bercahaya oranye membara, cahaya kretek yang baru saja kubakar
asapnya saja masih segar
"jatuh"
ya-
kini, yang aku tahu aku jatuh
menghempaskan rentetan impian yang semula bergejolak, kali ini diam tak bergerak
mati suri kataku
manusia memang harus jatuh, klise memang
namun itulah alasanku membiarkan keputus asaanku menari liar dalam frustasi
abaikan saja, nanti juga ia akan terkulai lemas
hingga suatu saat nanti, impianku kembali dan mematikannya dalam kelelahan yang berkecamuk
Comments
Post a Comment