Aku mengingatmu, seperti bulan yang enggan jenuh bertamu pada malam.
Aku merindukanmu, seperti angin yang berhembus arif.
Aku membutuhkanmu, seperti kemarau meminta dibasahi oleh hujan.
Seperti itulah aku saat ini, yang memanjakan derita kerinduanku akan dirimu.
Tiba-tiba aku mengingat Dia, seorang pria yang pernah ada di hati ,pikiran dan doa
Usianya setara denganku
Kala itu aku masih remaja, masih duduk di bangku sekolah menengah atas
Masih baru mengenal cinta. masih cengeng dan amis.
Aku dan Dia sama-sama tersengat panah asmara, namun tak berhujung seperti apa yang aku inginkan. Dia tak menyakiti saya, namun kenyataanlah yang merenggut senyumkukala itu.
Dia memilih menetap pergi menghilang, jauh dari jangkauan alam pikiraku
Dia menjauh-
Dia selalu muncul ketika aku merasa membutuhkan dermaga, disaat aku terlalu lelah berpetualang.
Dia selalu muncul ketika aku merasa membutuhkan angin, disaat aku menangis, agar air mataku tersapu dengan sendirinya.
Dia selalu muncul ketika aku merasa membutuhkan batu karang, disaat aku harus menghempaskan segala amarah terhadap mereka-mereka yang tak menyadari keberadaan harapanku.
Jujur saja, aku terlalu lemah untuk ini. Bayangannya selalu menjelma seperti tanda tanya.
Kala saja, waktu dapat menurunkan egonya, aku akan memohon agar dipertemukan dengan sosok yang segambar dengan dirinya, yang kini menyelimuti kerinduanku.
Aku merindukannya
Comments
Post a Comment