You left with no goodbye, not a single word was said.
No final kiss to seal any seams. I had no idea of the state we were in.
I know I have a fickle heart and bitterness.
And a wandering eye, and a heaviness in my head,
But don't you remember?
Don't you remember? The reason you loved me before..
Baby, please remember me once more,
When was the last time you thought of me?
Or have you completely erased me from your memory? I often think about where I went wrong,
The more I do, the less I know,
Gave you the space so you could breathe,
I kept my distance so you would be free, And hope that you find the missing piece,
To bring you back to me
-Adele : Don't You Remember-
Terhitung sejak 30 Mei 2012 saya mengganti nomor handphone ke provider lain. Alasannya karena saya risih. Akhir-akhir ini saya kerap mendapatkan telepon gelap.
Caranya sangat childish dan terus terang saya tidak suka dengan caranya. Sebut saja si Mr.X. Pertama-tama dia menelepon saya, tidak dengan private number sih, namun ketika saya katakan "hallo", dari pihaknya tidak memberikan respon apapun. Hanya diam, sampai saya benar-benar kesal dan mematikan teleponnya.
Kejadian itu tidak hanya sekali, namun berkali-kali. Awalnya saya pikir, dia hanya sebatas "bandel" by phone namun berlanjut ke Whatsapp. Dan dia mulai menanyakan kabar saya, apa yang sedang saya lakukan. Namun tetap saja saya respon dengan ketus, karena mengganggu sekali, Jika dia mau menyebutkan namanya, walaupun saya tidak mengenalnya, mungkin saya akan berbuat baik padanya. Namun ini tidak.
Bisa saja saya menghubunginya kembali, jika memang saya niat. Namun entah mengapa, saya takut. Saya takut bahwa si Mr.X adalah seseorang yang saya duga.
Hati kecil saya tertuju pada "dia", seseorang yang ada di masa lalu saya. Ya, dia. Perasaan saya kuat tertuju padanya. Dengan beberapa bukti kuat yang saya simpulkan, itu dia.
Terus terang, saya tidak membencinya, meski perih di hati saya belum terobati, namun sama sekali saya tak berani membencinya. Suaranya masih menggema hingga saat ini. Aroma parfumnya yang lembut, masih menari dalam penciuman saya. Andai dia mau mengaku bahwa itu dia, saya pasti akan menanggapi dengan baik. Karena walau bagaimana pun, dia pernah memperlakukan saya secara spesial.
Oke, kembali ke topik mengganti nomor.
Akhirnya saya memasang nomor tersebut di handphone jadul saya. ketika saya mencoba meng'aktifkan nomor baru saya tersebut, Eng Ing Eng...
Sms-smsnya masih utuh di dalam folder inbox. Ketika saya cek satu per satu isi smsnya, kerinduan akan dirinya pun melambung. Bahasa halusnya yang selalu mengawali pesan dengan kata "sayang" terasa mengiris perasaan saya kembali.
Perasaan yang seharusnya sudah tidak saya rasakan lagi, karena saya sudah berusaha keras untuk bangkit, ternyata tidak. Saya belum bangkit dari sakitnya ditinggalkan olehnya.
Kalau boleh jujur, saat ini saya sedang dekat dengan seorang pria, Bukan hendak membandingkan, namun mereka berbeda. Ada hal-hal yang saya rindukan dari "si masa lalu", yang tidak saya dapatkan dari "si pria baru" ini. Apa itu ? arti nilai sebuah KETULUSAN. Aku baru menyadari saat ini, bahwa dia adalah sosok manusia yang tulus. Dan berbeda dengan sosok yang baru saya kenal.
Andai dia membaca blog saya, saya ingin mengucapkan :
"Hey.. Apa kabar? Sudah hampir setengah tahun. kita tak menegur sapa satu sama lain. Aku hanya mampu mendengar kabar tentangmu dari orang lain. Ini hari pertama di bulan Juni, terasa sangat asing bagiku. Biasanya, di bulan ini, aku selalu mencoba menyisihkan uang saku harianku untuk membelikanmu hadiah. Hadiah ulang tahunmu di bulan Juli, tanggal 14. Namun kali ini tidak, yang pasti aku akan mendoakan yang terbaik untukmu. Aku tak menanggapi teleponmu, bukan aku membencimu. Namun aku masih tak mampu untuk menenggelamkan perasaanku dalam kerinduan yang tak berarti. Jangankan mendengar suaramu, mengetik namamu di GOOGLE saja, aku tak kuasa. Dimana pun kamu berada, aku berharap kita dapat bertemu kembali. Bukan dengan perasaan yang sama, melainkan perasaan yang berbeda. Sama seperti saat aku dan kamu tidak mengenal satu sama lain. Miss you, Sipit"
Comments
Post a Comment