Malam ini, hujan kembali membasahi Ibukota. Saya yang sedari siang sudah berada di Palmerah, terpaksa menikmati keegoisan hujan yang melena.
Meneduh, kataku dalam hati-
Hari ini ada jadwal pemotretan di Wartakota, saya mendapat panggilan untuk make up model. Sebetulnya, pemotretan selesai pukul 17.00 wib. Namun lantaran saya diajak makan dengan teman-teman redaksi, saya memolorkan waktu sampai pukul 19.00 wib.
Usai makan bersama, teman-teman memutuskan untuk kembali ke kantor. Beberapa diantara mereka mengajak saya untuk melanjutkan perbincangan, namun saya menolak. Saya harus segera kembali ke rumah, malam ini ada jadwal menggauli skripsi.
Sesampainya di loket stasiun Palmerah, terlintas dalam benak saya untuk menyeruput secangkir kopi di warung langganan, milik Pak Yanto. Waswas tak mendapatkan tempat duduk, saya melemparkan pandangan ke seluruh sudut warung. Ada sebuah kursi panjang yang tersedia, setengah bagiannya hanya terisi tas anak kecil dan sebuah pianika.
Sembari berdiri, seorang anak perempuan melempar tanya pada saya.
Dia : "Kakak mau duduk? Silahkan Kak."
Saya : "Eh iya deh, emangnya tas ini punya siapa?"
Dia : "Punya aku Kak, ini pianikanya punya aku juga."
Saya : "Lah, terus kalo aku duduk, berarti kamu nggak bisa duduk dong Dek?"
Dia : "Nggak apa-apa Kak, daritadi aku udah duduk kok. Kakak gantian aja sama aku, kayaknya kakak capek banget."
Saya : "Lumayan sih, hehe. Tapi bener nih kamu nggak mau duduk?"
Dia : "Beneran Kak, duduk aja."
Saya : "Okeh deh, makasih yah Dek. Kamu habis darimana? Kok jam segini masih di luar sih? Emang nggak dicari mamanya?"
Dia : "Aku abis pemantapan materi Kak, kan aku udah kelas enam."
Saya : "Oh masih SD. Sekolah dimana emang?"
Dia : "Di sekolah SDN A Kak, tapi aku pemantapannya di SDN B."
Saya : "Loh kok beda-beda sih Dek?"
Dia : "Iya Kak, kalo di sekolah B aku paham. Guru-gurunya kalo ngejelasin enak, jadi aku cepet nangkep pelajarannya. Kakak sendiri kerja dimana?"
Saya : "Aku masih kuliah dek, belom kerja. Sebentar lagi mau lulus sih hehe."
Dia : "Oh gitu. Kakak, aku mau nanya deh. Kuliah enak nggak sih? Aku juga nanti kalo udah gede mau kuliah loh. Tapi sambil kerja."
Saya : "Wah bagus dong, harus itu. Perempuan harus pinter. Hemp, kuliah enak sih Dek, tapi kalo kelamaan nggak enak juga Hehehe. Eh iya, tapi kok kamu mau kuliah sambil kerja sih?"
Dia : " Iya Kak, aku mau bikin mama sama papa bangga. Kan enak bisa bantu-bantu orangtua. Jadi nanti pas udah lulus kuliah, mama sama papa nggak usah cape nyariin aku kerja."
Saya : "Hahaha wedeh, bahasanya bisa juga ! Kamu tuh masih kecil, tapi pikirannya udah kayak orang tua yah hahaha. Kamu anak pertama ya?"
Dia : "Hahaha, bukan Kak. Aku anak ketiga dari empat bersaudara. Kakak-kakak aku udah kerja semua, tapi mereka nggak kuliah."
Saya : "Oh gitu toh.. Eh iya, nama kamu siapa Dek?"
Dia : "Nama aku Lulu Kak, nama kakak siapa?"
Saya : "Nama aku Nia Dek, kamu pulang kemana emangnya?"
Dia : "Oh Kak Nia. Aku pulang ke Cisauk, eh udah dulu yah Kak. Kereta aku udah dateng. Dadah kakak, hati-hati pulangnya Kak. Banyak cowok genit di kereta."
Kereta Lulu pun tiba, dan perlahan meninggalkan saya dan secangkir kopi yang saling menukar kehangatan.
"Hati-hati di jalan yah Lulu, semoga cita-citamu untuk kuliah sambil bekerja tercapai"
Meneduh, kataku dalam hati-
Hari ini ada jadwal pemotretan di Wartakota, saya mendapat panggilan untuk make up model. Sebetulnya, pemotretan selesai pukul 17.00 wib. Namun lantaran saya diajak makan dengan teman-teman redaksi, saya memolorkan waktu sampai pukul 19.00 wib.
Usai makan bersama, teman-teman memutuskan untuk kembali ke kantor. Beberapa diantara mereka mengajak saya untuk melanjutkan perbincangan, namun saya menolak. Saya harus segera kembali ke rumah, malam ini ada jadwal menggauli skripsi.
Sesampainya di loket stasiun Palmerah, terlintas dalam benak saya untuk menyeruput secangkir kopi di warung langganan, milik Pak Yanto. Waswas tak mendapatkan tempat duduk, saya melemparkan pandangan ke seluruh sudut warung. Ada sebuah kursi panjang yang tersedia, setengah bagiannya hanya terisi tas anak kecil dan sebuah pianika.
Sembari berdiri, seorang anak perempuan melempar tanya pada saya.
Dia : "Kakak mau duduk? Silahkan Kak."
Saya : "Eh iya deh, emangnya tas ini punya siapa?"
Dia : "Punya aku Kak, ini pianikanya punya aku juga."
Saya : "Lah, terus kalo aku duduk, berarti kamu nggak bisa duduk dong Dek?"
Dia : "Nggak apa-apa Kak, daritadi aku udah duduk kok. Kakak gantian aja sama aku, kayaknya kakak capek banget."
Saya : "Lumayan sih, hehe. Tapi bener nih kamu nggak mau duduk?"
Dia : "Beneran Kak, duduk aja."
Saya : "Okeh deh, makasih yah Dek. Kamu habis darimana? Kok jam segini masih di luar sih? Emang nggak dicari mamanya?"
Dia : "Aku abis pemantapan materi Kak, kan aku udah kelas enam."
Saya : "Oh masih SD. Sekolah dimana emang?"
Dia : "Di sekolah SDN A Kak, tapi aku pemantapannya di SDN B."
Saya : "Loh kok beda-beda sih Dek?"
Dia : "Iya Kak, kalo di sekolah B aku paham. Guru-gurunya kalo ngejelasin enak, jadi aku cepet nangkep pelajarannya. Kakak sendiri kerja dimana?"
Saya : "Aku masih kuliah dek, belom kerja. Sebentar lagi mau lulus sih hehe."
Dia : "Oh gitu. Kakak, aku mau nanya deh. Kuliah enak nggak sih? Aku juga nanti kalo udah gede mau kuliah loh. Tapi sambil kerja."
Saya : "Wah bagus dong, harus itu. Perempuan harus pinter. Hemp, kuliah enak sih Dek, tapi kalo kelamaan nggak enak juga Hehehe. Eh iya, tapi kok kamu mau kuliah sambil kerja sih?"
Dia : " Iya Kak, aku mau bikin mama sama papa bangga. Kan enak bisa bantu-bantu orangtua. Jadi nanti pas udah lulus kuliah, mama sama papa nggak usah cape nyariin aku kerja."
Saya : "Hahaha wedeh, bahasanya bisa juga ! Kamu tuh masih kecil, tapi pikirannya udah kayak orang tua yah hahaha. Kamu anak pertama ya?"
Dia : "Hahaha, bukan Kak. Aku anak ketiga dari empat bersaudara. Kakak-kakak aku udah kerja semua, tapi mereka nggak kuliah."
Saya : "Oh gitu toh.. Eh iya, nama kamu siapa Dek?"
Dia : "Nama aku Lulu Kak, nama kakak siapa?"
Saya : "Nama aku Nia Dek, kamu pulang kemana emangnya?"
Dia : "Oh Kak Nia. Aku pulang ke Cisauk, eh udah dulu yah Kak. Kereta aku udah dateng. Dadah kakak, hati-hati pulangnya Kak. Banyak cowok genit di kereta."
Kereta Lulu pun tiba, dan perlahan meninggalkan saya dan secangkir kopi yang saling menukar kehangatan.
"Hati-hati di jalan yah Lulu, semoga cita-citamu untuk kuliah sambil bekerja tercapai"
bagus + keren sangat membantu ,,, terima kasih
ReplyDelete