Ia adalah ibuku, ibu yang sangat aku banggakan !
Sekilas ia memang nampak seperti manusia normal, tak ada satupun keanehan yang menonjol dari fisiknya layaknya manusia normal. Namun jika anda mau mencoba mendekatkan diri secara fisik dengannya, maka anda akan merasakan suatu ‘keanehan’ dari fisiknya. Tangan dan tubuhnya bergetar sewaktu-waktu tanpa ia sadari. Bagi orang-orang yang tidak mengenalnya mungkin akan terkejut dengan kebiasaannya, namun bagi saya puterinya, tidak !
Penyakit yang sudah puluhan tahun dirasakan oleh ibuku merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan syaraf. Suatu ketika aku pernah memberanikan diri bertanya pada seorang dokter di sebuah Rumah Sakit Swasta di kotaku mengenai penyakit yang dideritanya dan dokter menjelaskan bahwa penyakit tersebut bernama TIK. Sejenis penyakit syaraf yang sejenis dengan latah. Latah pada umumnya berupa pengulangan pengucapan dan akan terjadi apabila ada kejadian yang mengejutkan. Namun TIK berbeda, memang latah, namun latah yang dimaksud adalah latah gerakan dan terulang seperti sebuah rutinitas tanpa disadari oleh si penderita. Dan butuh biaya yang cukup besar untuk menyembuhkan penyakit ibuku. Selain itu, masa penyembuhannya butuh waktu lebih dari 10 tahun.
Memang tak menggangu bagiku, namun bagi mereka, masyarakat awam, penyakit ibuku seperti suatu hal yang konyol dan layak menjadi bahan lolucon.
“Kok ada manusia yang tiba-tiba mau mungut barang jatuh, padahal jelas-jelas tidak ada yang jatuh?” itu mungkin tanggapan mereka dengan menjatuhkan pandangan pada seluruh tubuh ibuku.
Aku adalah anak yang paling sering berpergian dengan ibu dan aku juga yang paling sering menemukan kejadian yang mengiris-iris perasaanku. Perasaan seorang anak yang perih saat melihat orang-orang mencibir orangtuanya. Dan kejadian ini kerap aku temukan ketika berada di tempat umum, salah satunya pasar.
Lagi-lagi ibuku melakukan ‘latahnya’ tanpa ia sadari dan memancing banyak reaksi para pembeli yang lainnya untuk menjatuhkan pandangannya pada fisik ibuku. Dan tak sedikit dari mereka mencibir ibuku dan lekas jadikan topik bisik-bisik dengan rekan sebelahnya. Reaksi yang sering kulakukan ialah mendekati ibuku, kemudian memandang mereka dengan MELOTOT PENUH dan membuka sedikit mulut seperti hendak memaki. Dan biasanya mereka langsung terdiam, karena memang aku dianugerahi mata yang judes sehingga menimbulkan kesan galak pada mereka yang hendak macam-macam pada ibuku.
Dan lagi-lagi kejadian menyakitkan tersebut terulang ! Kali ini di gereja, aku duduk disamping mama dan disaat berdoa bersama yang dipimpin oleh pendeta. Aku mendengar mama berkata seperti ini :
"TUHAN, sembuhkanlah penyakitku ini".
Aku terdiam, tak mengerti harus melakukan apa. Aku sedih. Mungkin jika kalian ada disampingku saat itu, saya akan menangis sambil memegang tangan kalian. Aku terlarut dalam kesedihan. Sungguh amat dalam.
Suatu hari, aku pernah membahas hal ini pada ibuku.
“Ma, kenapa mama nggak ke dokter aja sih? Kan bisa disembuhin pelan-pelan”, tanyaku.
“Nanti ajalah kalau kalian sudah sukses semua, sayang uangnya kalau dipake buat mama. Mama kan udah tua, udah nggak ada masa depan. Sedangkan kalian masih muda, masih butuh banyak uang untuk menyekolahkan kalian. Nantilah kalau kalian sukses, bantu-bantu mama ya” Jelas mama penuh harap.
Hal tersebutlah yang membuatku kerap menangis dalam hati. Dan ternyata bukan hanya aku, namun adik-adikku juga merasakan hal yang sama. Sampai suatu ketika, Ebby adikku yang kedua bercita-cita menjadi dokter ahli syaraf. Saat ia lulus SMA, tepatnya tahun lalu, ia mencoba peruntungannya di Fakultas Kedokteran Umum. Namun dewi fortuna tak berpihak padanya, dan ia akhirnya melanjutkan pendidikannya pada Fakultas Ekonomi, Akuntansi.
Saat ia gagal menembus Jurusan Kedokteran, ia mengadu padaku dengan linangan air mata.
“Gue pengen nyembuhin mama kaa, gue kasihan ngeliat mama kayak gini mulu. Tapi ternyata gue gagal ka.” Jelas ebby disertai isakan kesedihannya.
“Udahlah bi, emang ini bukan jalan TUHAN buat lo aja kali. Lo sabar aja, apapun profesi kita nanti, kita harus tolong-menolong buat nyembuhin mama. Gue yakin, dengan ada niat kayak gini aja, mama bakal bangga banged punya anak kayak kita” Ucapku menenangkannya.
Ya, inilah yang ingin kujelaskan pada kalian. Aku sangat mencintai mama. Aku ingin mama sembuh. Kelak aku dewasa nanti, aku akan membawa mama ke dokter ahli syaraf. Dan segera wujudkan impian mama, agar bisa merasakan apa yang kami dan kita semua rasakan, manusia yang sama sepertinya, manusia ciptaan TUHAN.
Aku ingin mama cantik ketika duduk disamping kursi pelaminanku kelak -
i love you baby,,smangat nia...god bless
ReplyDeleteSuatu saat ,aku akan membantu menyembuhkan sih tante, baik doa, maupun materi..
ReplyDeleteJangan bersedih terus babee..
GBU and Fam's
keep spirittt edaaaaa..
ReplyDeletesemangat untuk inangudaaa.. BIG HUG :*
TIDAK ADA YANG SEMPURNA NIA!!
ReplyDeleteKesempurnaan seorang ibu adalah ketika anak2nya belajar mengasihi dari pengorbanannya membesarkan anak2nya
Seseorang akan menjadi sempurna apabila Dia begitu dikasihi oleh banyak orang.
Sayangi mama seperti dia menyayangi kita
be blessed :))