pada suatu hari nanti, jasadku tak akan ada lagi
tapi dalam bait-bait sajak ini, kau tak akan kurelakan sendiri
tapi dalam bait-bait sajak ini, kau tak akan kurelakan sendiri
pada suatu hari nanti, suaraku tak terdengar lagi
tapi di antara larik-larik sajak ini, kau akan tetap kusiasati
tapi di antara larik-larik sajak ini, kau akan tetap kusiasati
pada suatu hari nanti, impianku pun tak dikenal lagi
namun di sela-sela huruf sajak ini, kau tak akan letih-letihnya kucari
namun di sela-sela huruf sajak ini, kau tak akan letih-letihnya kucari
-Sapardi Djoko Damono-
Dalam perbincangan yang sedikit berat tersebut, dia meminta saya untuk MENGHAPUS TULISAN SAYA YANG MENCERITAKAN TENTANG DIRINYA, lantaran "nanti ada yang marah" katanya.
Pernyataannya semalam, memberi titik terang bahwa dia sudah ada yang memiliki. Karena jika dari pihak saya, tentu bukan saya yang dimaksud. Sampai detik ini saya masih menyendiri, belum berhasil meninggalkan jejak harapanku yang berlabuh di lubuk hatinya.
Sejujurnya, saya sedih karena sebulan yang lalu terjadi missed communications antara kami. Saya tidak tahu, dia mendapatkan sumber yang mengatakan bahwa saat ini saya sudah memiliki pengganti dirinya. Saya sempat terkejut dibuatnya ketika dia menanyakan sosok pengganti dirinya tersebut. Bagaimana tidak ? Saya bukannya berniat membohonginya, tapi saya memang bingung. Sosok yang dimaksud olehnya, adalah TIDAK ADA. Tidak dapat dipungkiri, bahwa pada saat itu, saya memang sedang PDKT dengan sosok baru, si Pria inisial H juga tau siapa orangnya. Namun hanya sebatas PDKT, tidak ada status . Dan moment tersebut segera dimanfaatkan oleh sahabat saya, Gaby. Si pria inisial H menghubungi Gaby, menanyakan kebenarannya. Gaby yang sangat senang mendengarkan si Pria inisial H "rempong", lantas menggantung-gantungkan rasa penasaran si Pria inisial H. Saya tahu maksud Gaby melakukan hal tersebut, hanyalah sebatas memberi pelajaran kepada si Pria inisial H agar menyadari bahwa saya memang berharga. Saya sudah menjelaskan kepada si Pria inisial H mengenai kebenarannya, namun dia tidak percaya. Dia lebih mempercayai pengakuan Gaby yang hanya sebatas lolucon.
Saya tidak tahu harus melakukan apalagi agar ia yakin, namun saya merasa bahwa saya sudah melakukan yang terbaik, yaitu JUJUR. Dan, puisi diatas sangat mewakili apa yang saya rasakan. Saya tidak dapat memenuhi permintaannya untuk menghapus segala tulisan mengenai dirinya.
"Hei sipit.. Maaf jika aku mengingkari permohonanmu. Aku tak kuasa untuk mengungkapkan perasaanku padamu, karena dirimu sendiri yang mengajarkan aku untuk mencintai dirimu dalam kebisuan. Dan, satu hal yang mungkin kamu perlu tahu, jika pada suatu saat nanti ragaku sudah tiada, tulisan-tulisan ini akan tetap menemani malammu, mengisi kerinduanmu pada diriku - mungkin."
Comments
Post a Comment