“What
you wear is how you present yourself to the world, especially today, when human
contacts are so quick. Fashion is instant language”, pernyataan dari Miuccia Prada yang dikutip dari buku 103 Fashion Quotes karya Ichwan Thoha tersebut seakan menjadi cerminan bila melihat antusias para peserta yang hadir
dalam workshop ‘Rush
Hour with Syle’. Acara yang diselenggarakan di Main
Lobby BINUS International pada hari Senin, 25 Maret 2013 tesebut merupakan
bentuk kolaborasi antara majalah Instyle Indonesia dengan Philips.
Workshop yang dikemas dalam bentuk dialog interaktif berdurasi dua jam tersebut
tidak hanya berhasil mencuri hati mahasiswa yang berasal dari jurusan Fashion
Design saja, namun dosen dan mahasiswa jurusan lain pun turut hadir disana.
Dalam acara tersebut, hadir pula Speaker : Ichwan Thoha yang memaparkan kiat-kiat
jitu dalam menjaga eksistensi di kiprah industri fashion.
Acara
yang dihadiri hampir 100 peserta ini bertujuan untuk membantu para mahasiswa agar
dapat dengan jeli menjaga eksistensi mereka di industri fashion. Peserta yang hadir disana diajak mengenali sejarah tren fashion di seluruh dunia, termasuk
bagaimana cara menggali potensi dalam diri dan memanfaatkan link di masa yang akan datang, serta
belajar menyusun strategi secara cepat dan tepat sasaran dalam
menginternasionalisasikan bisnis fashion mereka.
Workshop ini memberikan
langkah-langkah praktis dalam memanfaatkan link,
guna diterjemahkan dalam persaingan dan pengembangan usaha fashion yang berkelanjutan dan berkesinambungan.
Bicara
mengenai industri fashion di
Indonesia saat ini, nama Anne Avantie sudah tidak asing lagi di telinga
masyarakat dengan ciri khasnya, kebaya. Bukan suatu hal yang mustahil apabila
generasi muda, khususnya para pemula ingin mencoba mengepakkan karirnya di
dunia kebaya. Namun yang jadi pertanyaannya ialah apakah si pemula mampu
menggeser eksistensi Anne Avantie di dunia kebaya Indonesia? Hal inilah yang
menjadi cerminan nyata bagi para peserta yang hadir dalam workshop tersebut. Iwan menegaskan bahwa peserta harus melakukan
inovasi yang sesuai dengan jiwa mereka masing-masing, jangan memaksakan.
“Selain
ingin berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan para mahasiswa, saya juga ingin
membantu mereka menentukan arah dan tujuan fashionnya. Setiap mahasiswa pasti
punya mimpi yang ingin direalisasikan. Mumpung mereka masih muda, saya mencoba
mengingatkan bahwa yang menjadi tolak ukur kesuksesan bukanlah materi semata.
Namun ada yang jauh lebih penting dari itu, yaitu eksistensi. Sehingga nantinya
kesuksesan mereka (mahasiswa) tidak hanya bersinar kemudian tenggelam begitu
saja. Diharapkan nama dan karyanya abadi di kancah industri fashion. Nah, eksistensi seperti itu tidak
akan mungkin terjadi apabila sedari dini kita tidak berusaha menggali lebih
dalam potensi diri kita dan bagaimana cara kita menjaga hubungan baik dengan link. Sebagai contoh nyatanya, saya.
Selain fokus terhadap produk fashion, saya
juga mencoba menulis buku. Dan saya selalu memegang teguh prinsip persahabatan
dengan siapapun itu, terlebih dengan media. Dua hal tersebutlah yang mampu
menjaga eksistensi saya”, ujar Ichwan Thoha yang dikenal dengan ciri khasnya, bowtie. (KD)
Comments
Post a Comment