Suatu malam, yang kini tak asing lagi bagiku. Gelak tawa kami di telepon, selalu setia menemani rembulan yang berjaga di langit sana.
"SPAM ! Lagi apa lo?" tanyanya dengan nada seperti biasa, menggertak canda.
"Hemp, lagi iseng baca-baca aja." jawabku malu-malu, sambil sesekali menggit bibirku.
"Baca apa lo?" tanyanya sedikit penasaran.
"Ada, buku tentang reinkarnasi gitu" jelasku sedikit berharap dia tak bertanya lebih.
"Ohh.. eh SPAM, gw mau tanya pendapat lo dong. Menurut lo nih, gw kan mau pindah ke kantor baru. Nah gw udah ditentuin gaji sekian, tapi gw mau naik jadi sekian. Nah tadi ownernya udah kirim email ke gw, minta alesan gw. Barusan gw kirim balesan ke ownernya kalo alesan adalah gw pengen kost jadi gw minta sekian. Nah kira-kira alesannya pas nggak yah SPAM? Menurut lo gimana?" pintanya padaku, berharap aku mampu membantunya.
"***************" Jawabku penuh dengan kepercayaan diri yang sangat tinggi, aku melontarkan pendapat padanya.
"Oh gitu yah SPAM. Tapi gw udah bales pake alesan yang tadi. Yaudah deh, doain aja biar besok lancar." Pintanya padaku.
"Iye, pasti gw doain deh." Jelasku menghiburnya.
Kamar, diatas ranjangku
Perbincangan kami terhenti, dan aku pun berdoa. Seperti biasa, namanya selalu ku sebutkan dalam doa, setelah aku menyebutkan nama kedua orangtuaku dan ketiga adikku.
*****
Dengan sekuat tenaga, aku telah membangun benteng pertahanan terhadap hatiku sendiri. Sengaja memenjarakannya, tanpa menanti sosok-sosok yang nanti kan datang mencurinya. Tak kan pernah ku buka, karena ku takut kan terluka kembali.
Tapi tidak dengan Christian, pria yang usianya terpaut empat tahun diatasku. Tanpa kuduga, dia berhasil merobohkan benteng pertahanan tersebut dan tanpa banyak bicara telah mencuri hatiku. Dengan pesonanya yang membuatku diam tak berdaya. Hingga pada suatu hari, dia menawarkan cinta rahasianya kepadaku dan aku dengan sadar mengiyakannya.
Perbincangan kami di malam itu secara perlahan telah membuka hatiku, lembaran demi lembaran. Ditambah dengan kabar gembira yang disampaikannya, permohonan kenaikan gajinya diterima oleh owner tempat barunya bekerja nanti. Meski tidak sesuai dengan yang ia harapkan, namun aku segera mengingatnya untuk tetap mengucap syukur. Lumayan untuk bensin ke kantor, kataku.
Aku mabuk, mabuk cinta dibuatnya. Semua berubah. Langit yang semula kulihat sewarna dengan hatiku, kini tampak berwarna. Alam kian menampakkan keelokannya. Gurun pasir pun semakin menjauhkan diri dariku, menepi ke sudut timur tengah, lebih jauh lagi hingga tak bisa ku jangkau. Ilalang beserta ribuan putri malu pun berdansa mengikuti semilir angin di hatiku. Baling-baling usang pun dengan lincahnya berputar dengan liar, mengikuti gejolak hatiku yang tak mampu dikendalikan.
Tanpa disadari, bukan hanya alam dan diriku yang berubah. Lingkunganku pun berubah. Hubungan aku dengan ayah yang semula retak karena kegagalan tugas akhirku, saat ini terpatri kembali. Diam-diam aku semakin mencermati gerak-gerik ayahku yang senada dengan karakter Christian. Ibuku kerap menanyakan sosok Christian. Tanpa jemu beliau mengingatkanku : "Nak, setiap manusia berhak bahagia dengan caranya masing-masing. Jika kau benar-benar mencintainya, bawalah namanya dalam doa. TUHAN maha mengerti dan IA tak kan tega mempermalukan anaknya."
Christian, ajarkan aku tuk temukan angkamu dengan prosesmu
Comments
Post a Comment