Ayah,
Aku rindu
Aku memanggil namamu dari tempat ini
Sudahkah kau dengar?
Ayah,
Hampir setengah bungkus kretek terbakar
Ah, aku jadi semakin merindukanmu
Aroma kretek favoritmu senada dengan kretek favoritku
Selera kita senada, Yah
Mari bersulang !
Ayah,
Bolehkah aku bertanya padamu?
Ada hal tabu yang ingin kupertanyakan
Jujurlah
Jangan lihat aku sebagai anakmu
Lihat aku sebagai wanita dewasa
Tatap mataku, Yah
Ayah, pernahkah kau bajingan?
Meninggalkan wanita-wanitamu demi ego?
Siapa saja nama mereka?
Ayah aku mau bertanya, mengapa kau bertemu Ibu?
Bagaimana kau bisa yakin untuk memilihnya?
Kata orang, pria lebih menggunakan logika dan menepiskan rasa
Lantas ketika memilih Ibu, apa yang kau gunakan?
Ayah aku mau bertanya, mengapa kau biarkan bulu-bulu halus itu memenuhi wajahmu?
Apakah untuk menakuti mereka yang tak kau cinta?
Sampai-sampai aku pun kerap takut memandang wajahmu dikala kau murka
Ayah aku mau bertanya, pernahkah kau bermimpi memiliki anak perempuan?
Ayah aku mau bertanya, pernahkah kau bermimpi anak perempuanmu ini akan tersakiti pria dewasa?
Ayah aku mau bertanya, mengapa disaat rekanmu menanyakan siapa pemilik hatiku kau kerap mengalihkan pertanyaan?
Kata Ibu, kau takut menitipkanku pada orang yang salah
Ayah, peluk aku
Peluk yang erat
Jangan kau lepas
Biarkan saja hembusan nafasmu yang tercampur aroma kretek menghangatkan tubuhku
Ayah, pertanyaan terakhirku. Apakah semua pria dewasa akan berubah menjadi baik hanya ketika mereka siap menjadi orangtua?
Comments
Post a Comment