"Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya.
Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus.
Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah kemana."
Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah kemana."
-Tere Liye
Mungkin satu kata yang sangat tepat menggambarkan apa yang saya rasakan malam ini adalah BLUR ! Yah, blur. Membayang, berserakan, tidak jelas, buram. yah seperti itulah. Saya rasa anda juga bisa memahami seberapa kalutnya perasaan saya malam ini.
Ditengah kebimbangan mengejewantahkan isi hati, saya pun beberapa kali menarik napas, mencoba menenangkan diri sendiri. Saya ingin bicara pada dia, namun tanpa suara. Karena saya tahu, diakhir bercerita, saya akan kehabisan suara lantaran menangis. Sebenarnya, saya punya satu ruang yang mungkin cukup nyaman untuk sekedar bertukar cerita sederhana. Ruang tanpa suara; Hati. Namun sampai detik ini dia enggan berkunjung. Menoleh saja, itu hanya akan membuang waktunya.
Tanpa memakan banyak waktu, saya pun bergegas mengambil laptop yang berada diatas meja belajar. Tapi, seperti biasa. Saya melakukan ritual diskusi dengan laptop. Saya kerap bicara sendiri kepada laptop, bertanya-tanya apakah tulisan saya nantinya akan membuat saya nyaman atau bahkan justru membuat saya semakin terancam. Ada hal yang ingin saya utarakan padanya, dan cukup menguras air mata. Begitulah kalau hati yang berbicara. Dari lubuk hati saya yang terdalam, saya berharap agar dia mampu menjaga cerita saya dan tak kan sampai hati untuk membuat saya kian terluka.
Dan..
Selesai ! Saya sudah mengirimkan "pesan hati" saya kepada dia melalui email. Yah email. Saya sengaja mengirim melalui email, karena memang ada tujuan tersendiri. Dan saya rasa cukup tepat, lantaran jika menggunakan whatsapp, bisa saja terhapus.
Baiklah, sudah cukup saya berlama-lama berdiam diri disini. Saatnya melanjutkan perjalanan dengan kereta berikutnya. Selamat tinggal..
Comments
Post a Comment