Skip to main content

Berkemas



“Seseorang semestinya memutuskan bersama orang lain karena menemukan keutuhannya tercermin, bukan ketakutannya akan sepi.” 
― DeeRectoverso

Minggu pagi ini, untuk kesekian kalinya saya absen ibadah ke gereja. Kau boleh marah TUHAN, kalau memang anakMu ini selalu menyediakan sejuta alasan untuk tidak gereja. Tapi aku yakin, kau tak akan pernah sampai hati untuk mengutuk. Kau ingat satu janji saya padaMu? Saya tak kan berpaling ke agama lain hanya karena cinta kepada insan yang bukan karyaMu. I love You, Jesus.

Okay.

Tekad saya sudah bulat. Hari ini saya memutuskan untuk berhenti kost dan kembali menetap bersama orangtua. Tentunya dengan segala pertimbangan yang sudah dilakukan sebelumnya. Dengan menggunakan mobil, saya pun segera memboyong Mama beserta Dua adik perempuan saya, Ebby dan Monic menuju kost saya, Palmerah.

Di tengah perjalanan, pertanyaan yang sama masih menghantui sukma.

'Lo yakin Ni, mau berhenti kost? Nggak capek, bolak-balik rumah-kantor apalagi kalo ada liputan malem. Belom lagi, aktivitas di luar kantor lo kan segudang. Yakin?'

Hati saya gaduh. Raga saya menyetir, sementara sukma saya melayang. Bertanya-tanya. Ada satu pertimbangan yang masih mengganjal. Bagaimana jika suatu saat saya harus bertemu Christian? Dahulu Christian pernah mengutarakan alasannya jarang mengunjungi saya di rumah lantaran jarak. Pikiran saya pecah. Tiba-tiba lagu Daylight - Maroon 5 terdengar dari radio kesayangan saya, Prambors.

Oh Gosh ! Come on, move on !


*****

Akhirnya saya tiba di kost. Tepat di depan gerbang, saya memanggil nama Ibu penjaga kost, Mbak Ndar. Sudah Tiga kali saya memanggil nama wanita separuh baya tersebut, namun tidak ada sahutan. Saya pun bergegas memasuki kamar kost nomor Tiga, kamar yang telah saya sewa selama Empat bulan.

Tanpa berpikir lebih lama, saya segera mengemasi barang-barang. Untung saja saya membawa Mama, Ebby dan Monic. Ternyata lumayan banyak juga barang yang harus diaangkut.

Lantaran iba melihat Mama yang tampak lelah, saya pun menyarankan agar Mama segera kembali ke mobil untuk beristirahat dan menunggu kami berkemas-kemas hingga selesai.

Ditengah asik memasukkan barang-barang sesuai kategori, tanpa diduga Mbak Ndar masuk ke dalam kamar saya.

"Nia ngapain?", tanyanya

"Iyah Mbak, har ini aku pulang ke rumah", jawab saya

"Kok Nia pulang sih? Kan Nia udah janji sama Mbak kalo Nia nggak jadi pulang. Kalo Nia kesepian, nanti mbak temenin", tanya Mbak Ndar kesal sambil mencubit pinggang saya.

"Hemp, aku nggak...."

Belum selesai saya menjabarkan panjang lebar, Mbak Ndar sudah meninggalkan saya. Saya tahu bahwa dia sedang marah. Saya salah karena telah mendustainya. Saya terpaksa berjanji tidak akan keluar dari kost lantaran pada saat saya menjelaskan secara gamblang, Mbak Ndar merengek, memohon agar saya bertahan dan menemaninya. Dengan berat hati, saya pun terpaksa berdusta.

Saya pun menyusul langkah Mbak Ndar. Sikap Mbak Ndar dingin.

"Ngapain Nia masuk ke kamar saya?"

"Pamitan Mbak"

"Sana kalo mau pulang, ngapain lagi ngomong sama saya"

"Mbak marah sama saya ya?"

"Enggak. Ngapain, saya kan puasa. Nanti batal puasanya."

"Yaudah deh Mbak, kalo Mbak marah, saya minta maaf. Mbak, makasih yah udah mau nemenin Nia selama ini. Nia mau pulang." saya segera menarik dan mencium tangannya.

Melihat aksi tarik tangan tersebut, Mbak Ndar pun memeluk saya dengan erat. Pelukan perpisahan.

"Nia, Mbak Ndar punya salah apa sih sama Nia? Kan Mbak kemarin udah bilang kalo Nia kesepian, nanti Mbak temenin di kosan. Nia jangan nangisin si Bulu (Christian) terus. Nia harus tetap semangat. Nia kan anak baik, pasti si Bulu nyesel udah sia-siain Nia. Nia sering-sering main kesini ya, Mbak kangen. Kan Mbak sayang Nia. Nia udah Mbak anggap anak sendiri", jelasnya dengan isak tangis.

"Iyah Mbak, nanti Lebaran Nia main kesini deh. Mbak jangan nangis dong. Kan saya bukannya meninggal, cuma pindah kok. Mbak doain Nia yah biar dapet suami yang baik, yang nggak sia-siain Nia lagi", ujarku dengan sesenggukan.

"Janji ya lebaran kesini. Mbak tunggu. Yaudah Nia pergi. Baik-baik yah", pintanya seraya mengelus rambut saya.

"Iyah Mbak Ndar sayang" jawabku.

Untuk menghemat waktu, saya pun melanjutkan berkemas. Setelah semua barang diangkut ke mobil, saya pun meminta agar Ebby meninggalkan saya beberapa menit di dalam kost. Saya ingin sendiri dan beruntungnya Ebby memahami.

Saya melemparkan pandangan ke seluruh sudut ruangan kost. Poster. Foto-foto tumblr yang sengaja saya cetak dengan warna hitam-putih. Semua masih menempel dengan erat. Terus terang, saya sedih.

Dalam kesedihan yang melena, saya merindukan satu nama, Christian. Perasaan saya semakin campur aduk. Rindu dan sedih. Air mata saya menetes. Napas saya tersendat. Sesak.

Bahkan disaat saya harus meninggalkan kost, Christian tidak hadir menemani saya. Dia tidak tahu bahwa saya telah pergi. Atau mungkin, dia memang tidak mau tahu dan tidak perlu tahu.

Saya lelah menangis. Sendirian di dalam kamar hanya akan membuat kejiwaan saya terguncang. Saya pun bergegas mengunci kamar untuk yang terakhirnya. Tidak hanya berkemas dalam kamar, namun berkemas dalam hati.

Dan untuk terakhirnya pula, saya berjanji untuk tidak menangisi Christian. Sambil menutup pintu kost untuk yang terakhir kali, saya berucap :
"Goodbye Christian, I'm leaving because you never asked me to stay. Thank's for all. Yes,  for 'all'.."

Comments

Popular posts from this blog

SI KONTOL PANJANG !!!

Wetseh ! Jangan mikir yang aneh-aneh dulu ya. Sebenarnya saya juga agak ragu untuk melekatkan judul tersebut dalam blog saya. Namun berhubung agak menggelitik, yowes lanjut saja hehehe Saya ingin sedikit berbagi nih. Hari ini saya 'terjebak' meeting mendadak dengan boss saya. Semula, tim saya terdiri dari empat orang, namun karena mereka ada liputan di luar kantor,  berbeda dengan saya. Karena deadline, saya memilih untuk menetap di kantor. Dan terpaksalah saya yang mendapatkan jackpot  untuk meeting. Meeting berdua. Krik-krik. Pada sesi awal meeting, suasana masih berjalan serius. Saya segera mencatat seluruh informasi yang disampaikan oleh boss. Lama-kelamaan suasana melebur. Lebih kearah bercanda. Lantaran boss saya jera mengingatkan saya mengenai segala mata kuliah yang sudah tidak saya hapal lagi. Sekedar informasi, jika saya dihadapkan dalam situasi tidak mampu menjawab pertanyaan seseorang, saya memilih untuk tertawa sambil menutup wajah saya hahaha. Un...

PERASAAN HANCUR DI LEMBAH KARMEL PUNCAK

Ada yang tahu Lembah Karmel di Puncak - Jawa Barat ? Bagi sebagian besar umat Katolik, saya pastikan tempat tersebut tidaklah asing di telinga. Konon, daerah yang menjadi lokasi pertapaan dari Romo Yohanes tersebut, memiliki kekuatan dalam melahirkan manusia baru melalui Mujizat yang terjadi disana. Sebagai informasi, Lembah Karmel rutin mengadakan misa penyembuhan setiap 2x dalam sebulan, yakni setiap Minggu ke-2 dan ke-4. Berhubung waktunya pas, kami ber-4 pun memutuskan untuk melakukan perjalanan rohani tersebut pada Sabtu siang agar dapat menghadiri misa penyembuhan yang diselenggarakan di hari Minggunya; 12 November 2017. Sepanjang perjalanan ke Puncak, kami ber-3, Saya, Feby dan Peter pun berdialog mengenai keraguan akan Mujizat yang terjadi di Lembah Karmel. Terlebih saya, yang pernah beberapa kali mengikuti Ibadah Mujizat namun tidak pernah berhasil. Singkat cerita, di hari Minggu pagi saat perjalanan menuju Lembah Karmel. Ternyata lokasinya jauh dari Kota. Dan...

Hadi Satyagraha : “Pemimpin yang ideal adalah mereka yang mampu bertindak !!! ”

“Semesta bergerak lebih cepat daripada tindakan anda. Jadi, ketika berkaitan dengan menjalani kehidupan impian anda, cukup mulai dengan melakukan apa yang anda bisa lakukan” p ernyataan dari penulis ternama, Mike Dooley tersebut seakan menjadi cerminan bila melihat antusias para peserta yang hadir dalam acara Bedah Buku “ The Case Method : Mendidik Manajer Ala Harvard”. Dalam acara tersebut, tampak sosok sang penulis buku, Hadi Satyagraha, Ph.D secara langsung ke Kampus BINUS Senayan – The Joseph Wibowo Center pada hari Kamis, 22 Agustus 2013. Acara yang dikemas dalam bentuk dialog interaktif berdurasi dua jam tersebut dimoderatori oleh Firdaus Alamsjah, Ph.D (Executive Dean, BINUS BUSINESS SCHOOL) ini membahas tentang perbedaan cara belajar Metode Kasus ( The Case Method ) dan Metode Kuliah Klasikal ( Classical Lecture Method ) seperti tertuang dalam buku berjudul “ The Case Method : Mendidik Manajer Ala Harvard” yang ditulis pada tahun 2012 dan diterbitkan oleh Pen...