Kembalinya membeli rosario, saya mengajak Mama dan buah hati saya, Mercy, ke gereja St. Monica BSD untuk mendaftarkan diri sebagai umat. Saya bergegas ke ruangan sekretariat dan bertemu Bapak Joko. Akhirnya saya mengutarakan niat tulus saya untuk membabtis Mercy secara Katholik namun dengan sebuah situasi khusus, yakni tanpa sosok Ayah. Dan terjadi sebuah percakapan :
J (Bapak Joko)
S (Saya)
J : Ibu, mengapa anda mau membabtis Putri Ibu secara Katholik ?
S : Saya ingin bertanggung jawab atas janji pernikahan saya di Altar Pak, bahwa saya akan mendidik anak secara Katholik.
J : Mengapa Ibu ingin pindah Katholik ?
S : Saya pindah bukan karena paksaan Pak. Saya tulus ingin mendidik anak saya secara Katholik. Dengan situasi seperti ini, kemana anak saya akan mengadu ? Saya yakin, jika di dalam keluarga ada 'satu hati', pasti TUHAN hadir.
J : (Sambil tersenyum) Ibu, saya akan bantu untuk menyampaikan kepada Romo. Sebenarnya, kami pernah menghadapi hal yang sama, sang Ayah yang Katholik, pergi entah kemana. Dan kami tetap membantu. Apakah Ibu masih memiliki sertifikat pernikahan secara Katholik?
S : Masih Pak, saya masih simpan.
J : Ibu, untuk pernikahan Ibu, saya sarankan untuk berpikir kembali dalam berpindah secara Katholik. Pernikahan adalah misteri. Memang, di agama apapun tidak ada pembatalan pernikahan. Tapi, putri Ibu masih membutuhkan sosok Ayah yang luar biasa. Ibu masih muda. Kita tidak ada yang tahu jalan TUHAN.
S : Bapak, saya yakin bahwa saya datang kesini pun karena rencana dan Mujizat TUHAN. TUHAN yang menggerakkan saya. TUHAN masih mampu melakukan mujizat. Terima kasih atas kepedulian Bapak. Saya bukan makhluk sempurna, saya memiliki banyak kekurangan. Tapi saya yakin bahwa TUHAN akan buka jalan.
J : Tapi bu, kita ini manusia, harus berpikir secara logika. Firman memang 'Ya dan Amin'. Ibu mungkin bisa setia. Tapi apa suami Ibu bisa setia? Saya laki-laki loh Bu.
S : (Sambil menarik nafas dan menutup mata) Bapak, sampai detik ini saya masih percaya Mujizat.
J : Bu, kalau saya jadi suami Ibu, dengan kesadaran yang Ibu miliki saat ini, saya luar biasa. Karena istri saya terbuka menjadi umat Katholik. Saya menghargai Ibu. Ibu datang ke tempat yang benar. Gereja St. Monica ini adalah saksi seorang hamba TUHAN yang setia. Ia memiliki suami yang jauh dari kata sempurna. Dan dia bertahan untuk setia selama 20 tahun. Selama 20 tahun ia berdoa. Semoga nilai-nilai luhur St. Monica hadir dalam Ibu ya. Ibu harus kuat. Saya akan bantu bicara pada Romo.
Percakapan saya dengan Bapak Joko, bukanlah merupakan pandangan yang tabu. Karena terus terang, romo yang menikahkan saya pun berkata seperti itu. Entah bodoh atau keras kepala. Namun saya percaya TUHAN akan buka jalan. Karena TUHAN sendiri yang mengetuk hati saya saat ini. Semoga niat tulus saya dipermudah untuk menjadi umat Katholik.
Comments
Post a Comment