Hai suamiku, Paulus Mario Putra Chandra. Bagaimana kabarmu ? Semoga sehat selalu ya, karena disini aku selalu mendoakanmu untuk sehat.
Aku mau cerita nih. Jadi hari ini, hari pertama aku ikut persekutuan doa puasa di gereja. Malu banget awalnya. Secara, nggak pernah ikut ibadah khusus begini. Ibadah hari Minggu biasa aja, aku males hehehe. Tapi berkat seijin TUHAN, aku mau lebih membangun keintiman denganNya.
Singkat cerita, aku ikut ibadah. Yang hadir ada 7 orang, isinya penatua dan Ibu - Bapak Pendeta. Duh ! Aku malu banget. Pengetahuan aku tentang firman pasti paling sederhana disana. Nah, sebelum memasuki khotbah, pastinya ada lagu pujian dong.
JEGER !!!! Aku sesenggukan berdoa. Asli, tumpah ! Dibayangaan aku, kita lagi berdoa saling pegangan tangan kayak dulu. Itu merinding dari ujung kaki sampai ujung kepala. Perih banget. Ditambah, lagu-lagunya tentang permohonan ampun pada TUHAN. Jadilah aku berapa kali buang ingus karena nangis.
Dan masuklah ke khotbah yang dibawa Bapak Pendeta Raherdian Desialla. Nats diambil dari Yeh 5:1-17. Ini merupakan firman yang paling menakutkan. Karena inti dari khotbahnya adalah tentang Kemarahan TUHAN ketika ada yang dengan sengaja melanggar larangannya, padahal sebenarnya tahu, bahwa TUHAN melarang hal itu. Khotbah ini tepat banget dengan teguran yang aku dapat dalam pergumulan ini. Aku nggak mau menyesal bertobat, apalagi sampai TUHAN benar-benar marah. Karena ada beberapa tokoh di Alkitab yang meninggal sebelum sempat melakukan pertobatan.
One day, kalau ketemu, kita bahas deh hehehe. Oh iya, aku setiap hari mendoakan kamu. Kamu yang aku kenal adalah orang yang sabar dan baik. Kiranya TUHAN mengubah aku. Dan TUHAN berkenan membukakan pengampunan di hati kamu untuk aku.
Aku sayang kamu. TUHAN pasti sampaikan itu. Aku percaya itu.
Comments
Post a Comment